Minggu, 24 April 2011

KADO TERKHIR karya Tiffany Atika

Dinginyna malam tak bisa dihindari lagi serta nyanyian para jangkrik yang bagaikan dipandu oleh seoarang drijen yang profisional, serta nyanyian para jangkrik yang bagaikan dipandu oleh seoarang drijen yang profisiona, menambah makna dari malam ini, sungguh malam yang menggugah pikiran, sebuah switer yang Aku kenakan agaknya bisa sedikit menghangatkan badan.
Ya, switer ini, switer ini adalah satu – satunya kenangan yang ditinggalkan oleh Dito. Laki – laki yang bernama Dito adalah seoarang yang sempat mengisi kekosongan hatiku.Namun, laki – laki yang sangat Aku cintai itu kinai telah berada di alam yang berbeda denganku. Ya,Dito sudah lama meninggal dunia, dia meninggal dunia dengan cara yang tak pernah Aku duga sebelumnya. kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan ,
Empat tahun sudah berlalu….
Empat tahun yang lalu..,.tepatnya tanggal 27 Januari Dia menyatakan perasaannya padaku dan menyatakan kalau dia ingin jadi pacarku, tepat di belakang skolah,suasananya sangat sepi,tak ada orang satu pun yang menyaksikannya. Aku masih ingat kata-katanya yang mengatakan “Din…kita kan dah lama kenal, kita pun sudah melakukan pendekatan,bagiku itu sudah cukup,dan hari ini Aku ingin menyatakan perasaanku padamu,,,Aku sudah lama suka sama kamu,Aku syang sma kamu,,dan aka pun yakin kaluk kamu juga suka sma aku,jadi apakah kamu mau menjadi kekasihku?”. Saat itu aku merasa sangat bahagia karna bukan Aku saja yang bmerasakan gejolak cinta ini. Ternyata Dia pun merasakan hal yang sam dengaku. Tanpa rasa ragu, aku pun menerima cintanya dan mengatakan “ Sebenarnya Aku juga suka dan sayang sama kamu,, Aku terima kamu sebagai kekasihku”, “sungguh?”, “ya Dit”, “terima kasi ya Din” . aku tersenyum padanya. Tak lama kemudian bibirnya hampir melintas di keningku,namun Aku langsung berbalik arah dan berusaha supaya dya tak jadi menciumku ,dan akhirnya dia tak dapat menciumku.
“lhooo…kenapa Din?.kan sekarang kita dah resmi pacaran boleh donk aku sekedar mengecup keningmu??”
“Dittt,,aku tahu sekarang kita sudah menjadi sepasang kekasih,tapi apa harus kamu mencium keningku? Kita kan baru jadiann!
“maafkan aku din,,tadi aku hilaf,sebab aku tak bisa menahan rasa bahagiaku karna kamu telah menerima cinta ini.”
“ya sudah, tak mengapa”
Selepas kejadian itu, Dito pin mengajak aku pulang dan menawarkanku untuk mengantarku ke rumah. Kami pun beranjak pergi dari tempat itu. Sebelum dia mengantarku, dia mengajakku ke parkiran untuk mengambil mobil yang akan kami kendrai,,sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari tempat kami tadi. mobil yang berwarna merah delima bak warna darah merah sungguh membuatkau terpukau, Dito memang tergolong laki-laki yang tajir, tak heran setiap minggu dia selalu mengganti mobil yang ia gunakna. Kan kali ini tampaknya dia sengaja menggunakan mobil berwarna merah itu,karna dia tahu kalau Aku sangat menyukai warna merah. Dia pun membukakan pintu dan mempersilahkan aku masuk bak seorang sopir pribadi yang sedang melayani majikannya. Kami pun beranjak dari tempat itu menuju rumahku,selam adi perjalanan kita banyak ngobror panjnag lebar,,tak tahu ynambung apa tidak,tak tahu penting atau tidak,,namun yang pasti aku sangat nyaman berada di dekatnya. Dan akhrinya dengan menempuh perjalan yang cukup melelahkan,kami nsmapai di rumnahku. Ditto pun bergegas pergi dan meengucapkan “I LOVE YOU DINDA”. Bayangan ditopun tak terlihat lagi.
Esokpun tiba,,pagi-pagi sekali Ditto menjemputku untuk berangkat bersama kesekolah.
“selamat pagi sayang!”
“pagi juga Dito!”
“kamu tampak cantik hari ini” puji Dito
“ahh kamu ini..suka bencanda aja,,bikin aku jadi geer”
“lhoo emnang bner, kamu itu tampak cantik dan manis hari ini aku jadi semakin sayang sama kamu”
“ Dittooo Dittoo…jadi kalu aku gak cantik kamu bakalan gak sayang sama aku ?”
“ bukan gitu juga kali din,Aaku sayang sama kamu bukan hanya karna parasmu yang sangat cantik,melainkan karna kebaikan hati kau juaga,kamu juga sangat bisa bikin aku mabuk kepayang jika aku melihat senyummu yang sangat menawan.Hanya kamu yang mampu melakukannya.
Memang hari itu aku sengaja berpenampilan yang tak seperti biasa,,aku mengurai bebas rambut panjangku,yang iasanya kau selalu mengikatnya.
“kamu bisa aja, ya sudahh…kita berangkat yuk!”
“come on sayang”
Sesampainya di skolah, dito memakir mobilnya di tempat biasa ia parkir. Dan kemudian membukakan piintu untukku, dan itu dilakukannya setiap hari.
Tiga bulanpun sudah berlalu,,saat umur pacaran kita sudah memasuki bulan ke-4, dia mengajakku ke rumahnya, dan akupun tak menolah ajakannya.
Samapinya di rumahnya,aku sungguh kagum melihat kemewahan rumah itu, sungguh nampak seperti istana, di setiap sudut rumah itu di tanami bunga yang beraneka ragam warnanya, yang lebih membuatku kagum adalah ketika aku melihan deretan mobil mewah yang terparkir di bagaisi rumahnyanya, tampak seperti barisan semut yang sangat rapi, tertata rapi dan terlihat indah,. Namun, tak ada seorangpun yang berada di rumah itu selain aku, ditoo dan seorang pembantunya,ditto adalah anak tunggal.
“ Ditt...papa mama kamu dimana?, kok aku gak pernah liat dari tadi?”
“oowwhhh…mereka ada di Londen, kebetulan kami punya perusaan di sana dan papa mama aku tinggal disana mengurus perusahaan kami.”
“Ooowwhhh, sudah berapa lama dia disana?”
“sudah dua tahun, tiap tiga bulan sekali mereka pulang menggunakan garuda”
“ apa kamu tidak kangen dengan beliau?”
“ kangen sihh,,tapi mungkin karna aku sudah terbiasa tanpa mereka.”
Dito pun mempersilahkan ku duduk di sofanya, terasa empuk ketika aku mendudukinya.
Tak lama seorang perempuan paruh baya membawakan kau segelas minuman.
“Permisi Non, silahkan!”
“Terima kasi Bik!”
“ya non, permisi non”
Tiga jam berlalu aku pun meminta dito untuk mengantarku pulang ,kami banyak ngobrol dan sesekali dito melontarkan kalimat – kalimat romantisnya kepadaku.
Hari demi hari,bulan dan tahun kami menjalani hubungan itu,tanpa terasa satu hari lagi kami resmi berpacaran tiga tahun lamanya. Dan setiap tanggal 27 Agustus tepat pada hari jadi kami, kami selalu merayakannya, kami tak pernah melewatkan hari bahagia kami,,walaupun hanya sekedar makan malam berdua dan tukeran kado hal yang wajib kita lakukan. Tak lupa kami selalu mengunjungi tempat bersejarah kami yaitu di belakang sekolah, tempat dito menyatakan persaannya padaku.
Kami sudah berencana, besok kami akan merayakan hari jadi kami yang ketiga dengan pergi ke sebuah tempat yang sangat tak asing buat kami berdua, pantai, kami sangat senang mengunjungi pantai, kami memang banyak memiliki kesamaan. Entah itu dalam bidang apa,,warna,makanan,hobby,tim favorit dan masih banyak lagi.
Hari yang kami nanti pun tiba juga, hari itu tepat tanggal 27 Agustus..
Dia menjempuku pada jam dua siang. Kami pun berangkat dengan hati gembira. Tak lupa kamu telah menyiapkan kado masing-masing yang akan kami tukarkan. Sampainya di pantai, ternyata Dito diam – diam telah menyiapkan tempat yang sangat romantis untuk kami berdua. Momen itu yang tak bisa aku lupakan sampai detik ini. Dengan di iringi gesekan biola kami menikmati saat- saat itu, kami sangat bahagia ,kebahagian itu sungguh tak bisa di gantikan oleh apapun. Di temani dengan suguhan menu makanan yang membuat suasanya menjadi lebih hidup, semua sudah siap kecuali sekuntum bunga mawar, tampaknya Dito tak ingat, atau mungkin dia senagja, entahlah.
Namun kebahagian itu tak berlangsung lama,ketika itu kami di hampri oleh seorang wanita yang bernama Angel yan mengaku pacarnya dito, dan wanita itu mengaku bahwa dia sudah menjalin hubungan dengan dito selama empat tahun lamnya. Sungguh, tak bisa di gambarkan perasaanku waktu itu,hatiku hancur berkeping-keping,bagai pecahan kaca yang sudah tidak mungkin bisa di satukan lagi . Persaan marah,sedih,terharu,kecewa,perassan yang tak pernah menyangka dito seperti itu tercampur menjadi sebuah kemasan bak permen yang tak mengandung pemanis buatan maupun alami, Aku sungguh tak percaya dengan kejadian itu. Saat itu aku tak bisa berkata apa-apa,bungkam tanpa bahasa,bungkap tanpa kata.
“Din…Aku bisa jelaskan...Aku mohon dengarkan Aku!,wanita itu bohong”
“Ditoo…kamu yang bohong,dasar laki-laki pembohong,penghianata kamu…!” ucap Angel dengan nada sedikit tinggi.
“lalu..apa buktinya?”
“baik..aku bisa kasi bukti sama kamu”
Tak lam Angel lalu mengambil sebuah benda dari dalam tasnya,
Ternyata itu adalah sebuah dompet,
“ini,,kamu lihat ini!, ini foto kita saat kita sedang berada di tempat ini,pantai ini dito, ternyata tepat sekali aku kesini, kamu tega bersama wanita ini, kamu sudah beberapa hari ini hilang tanpa kabar,maka dari itu aku kesini,karna Aku tahu kamu berada disini”
Aku pun semakin tak menduga dan tak bisa percaya bahwa kejadian ini terjadi dalam kehidupan percintaan ku. Aku selalu percaya dengan ucapan dito, kan kepercayaanku itu hanya sebuah isapan jempol semata. Dito yang selam ini aku kenal ternyata seorang laki – laki pembohong besar . Aku ternyata adalah selingkuhannya dito, aku hanya dijadikan pelarian semata, namun aku sudah terlalu sayang sama dito,cinta sama ditoo..
“kamu..dasar cewek tidak tahu malu, bisa- bisanya merebut pacar orang, dasar wanita kegatelan, gak tahu apa dito sudah punya pacar juga”
Pikiranku sangat ruet¸dan untuk menghindari keruwetan pikiranku,Akupun lari dari tempat itu melalui jalan raya,entah kemana tujuanku,aku tak peduli,akan tetapi aku hanya ingin menghindar dari mereka. Tak lama ditto meninggalkan angel dan mengejarku, saat dya akan mengejarku tak jauh terlihat sebuah kendaraan raksasa yang searah dengan kami,jarak ditto dengan aku tak terlalu jauh,dia hampir dapat menggapaiku..jarak kendaraan itu semakin dekat dengan ditoo,,,
Dan 3 2 1…..
..sssssssssssssssssrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrttttttttttttttttttbrrrrrrraaaaakkkkkkk!!!!!!!!!!!!!!!
Terdengar suara yang sangat menggelegar, ketika aku menghadap belakang, ternyata itu adalah suara puso yang telah menabrak seorang yang sangat aku cintai, namun sudah bikin hatiku hancur .
“DITTTTTTTTTTTTOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO!”
Aku berterik memanggil namnya saat aku melihat bahwa diasudah tak berdaya.
Akupun berlari menghampirinya, dan ternyata itu benar ditto,dia sudah tak berdaya lagi,namun 1 menit sebelum dia pergi,dia sempat mengucapkan kalimat “I LOVE YOU FOREVER ADINDA”
Aku semakin hancur,terlebih ketika ia sudah tak bisa mebghirup udara lagi dan pergi untuk selama-lamanya.
Akupun mengambil kado yang telah ditto siapkan untukku sesudah ia dibawa kerumah skait untuk diotopsi.
Ketika aku membukanya,ternyata isi kado nitu adalah sebuah switer yang sangat cantik,berwarna merah, sungguh indah.
Karna itulah,mengapa sampai saat ini aku masih menggunakn dan menjaga switer ini,walaupun dia pernah menyakiti hatiku, namun bagaimanapun dia pernah menjadi bagian dari kehidupanku serta mengisi ruang hampa di ahtiku,kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan ,akan tetapi sekarang warnanya agak sedikit memudar,namun cinta suci yang telah aku berikan kepadamu tak tak pernah memudar, selamanya aku padamu.
Lanjutkan=>

Minggu, 17 April 2011

CINTA TAK HARUS MEMILIKI karya Nurzila Binti Sahir

Mata Viona menatap lurus ke depan. Sesekali mata indah itu meneteskan bulir-bulir air mata dan tangannya pun dengan cepat menyekanya. “Cengeng..!!”ujarnya pada diri sindiri. Sejauh mata memandang hanya kegelapan yang tergambarkan. Gelap dan dingin mencekam tubuhnya. Malam itu Viona sulit memejamkan mata dan memutuskan untuk merenung sendirian di teras depan rumahnya. Tanpa ia sadari, sepasang mata dari tadi memperhatikan gerak-geriknya di balik pintu.
“Sampai kapan lo mau kayak gini Vi?”
Suara lembut Ayu membuyarkan lamunan Viona. Ayu melangkah mendekati sahabatnya itu.
“Eh Ayu… lo ngagetin gue aja. Kok lo belom tidur sih?”tanya Viona mengalihkan pembicaraan.
“Apa gue bisa tidur tenang tanpa si tuan rumah ini di samping gue…? Kebangetan lo Vi, masak gue ditinggal sendirian di kamar.”kata Ayu mendumel geram.
Ayu duduk di samping Viona sambil membuang pandangannya jauh ke depan.
“Maaf Yu, gue gak bisa tidur makanya gue keluar.”
“Yayaya… maaf diterima. BTW, nyokap bokap lo berapa lama lagi bakalan balik ke sini? Lama banget sih mereka di Jawa..?!”
“Tiga hari hari mungkin…”
“Berarti gue nginep di sini tiga hari lagi dong..?!”
“Yuuupzz.. that’s right..”
Mereka berdua terdiam sejenak dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Ayu membenarkan cara duduknya kemudian menatap tajam mata Viona.
“Udah cukup basa-basinya. Gue mau nanya sesuatu ama lo. Sampe kapan lo mau kayak gini Vi?”
“……….” Viona terdiam mendengar pertanyaan sahabatnya itu.
“Jawab Vi…!!”
“Sampe dia sadar ama perasaan gue Yu.”
“Viona, lo tu yang harus nyadar. Gio tu gak mungkin bisa balik lagi ama lo. That’s imposible. Nyadar dong Vi..!!”
“Gue gak pernah berharap dia bisa balik lagi ama gue Yu. Gue cuma mau dia tau tentang perasaan gue ke dia selama ini. Itu aja udah cukup..!!”
Viona meneteskan air mata. Ayu mulai jengkel melihat tingkah sahabatnya itu.
“Lo sadar gak sih, apa yang buat Gio gak mau balik lagi ama lo..?!”
“Ya, gue sadar. Gue tau Yu. Dulu gue udah nyia-nyiain dia. Gue berpaling dari dia cuma buat Steve. Padahal dia tu cinta banget ama gue. Steve cowok brengsek yang awalnya sayang ama gue, ternyata ujung-ujungnya selingkuh juga ama Tia, sahabat kita. Lengkap sudah penderitaan gue Yu.”
Viona tak mampu melanjutkan kata-katanya. Suaranya tenggelam dalam isak tangis. Ayu hanya menatapnya tanpa reaksi sedikitpun.
“Gue nyesel Yu. Nyeseeeelllll…….. gue tau ini karma dari tuhan buat gue…”
“Percuma Vi. Penyesalan lo gak bakalan berpengaruh apapun buat Gio. Dia udah benci banget ama lo. Percaya deh ama gue..!!”
“Gue gak peduli. Gue bakalan tetep cinta ama dia. Gue mau nunggu dia sampai kapan pun..”
Suara tangis Viona tambah jelas. Ayu luluh kemudian memeluk tubuh sahabatnya itu dengan erat.
“Lupain Gio. Lupain dia Viona..!!” bisik Ayu di telinga Viona.
“Gak. Gak bakalan Yu..”
“Please Vi. Gue mohon ama lo..”
“Please Yu. Jangan paksa gue buat ngelupaen dia.”
Mereka berdua larut dalam perasaan masing-masing. Viona terus-menerus menangisi penyesalannya. Sebuah harapan besar ia sematkan dalam hati.
harapan untuk bisa meraih hati Gio kembali. Ayu hanya mampu pasrah menyaksikan penderitaan sahabatnya itu. Tak ada yang bisa ia lakukan untuk mengabulkan harapan Viona. Biar waktu yang menjawab, apakah harapan itu akan menjadi kenyataan suatu hari nanti?

Siang itu mata Viona terasa amat berat. Bagaimana tidak, semalaman dia begadang bersama Ayu. Viona terus berusaha untuk mencerna pelajaran yang di berikan oleh Ibu Riri, guru pelajaran Fisika. Namun , tak ada satu rumus pun yang mampu singgah di otaknya.
“Vio…Viona….”
Terdengar suara lembut setengah berbisik memanggilnya dari belakang. Viona pun menoleh perlahan.
“Ada apa?”
“Ntar pas pulang sekolah gue mau cerita sesuatu ama lo. Ini tentang Gio.” kata Tia berbisik.
Persahabatan Viona, Ayu, dan Tia berjalan baik-baik saja dan tak akan pernah berakhir. Walaupun dulu Tia telah terbukti merebut Steve dari Viona. Bagi mereka, hilang pacar lebih baik daripada hilang seorang sahabat.
“Tentang Gio?? Kenapa dengan Gio??” tanya Viona penasaran.
“Viona..!!!”
Sekonyong-konyong tubuh Viona langsung bergetar dahsyat. Dia amat kenal dengan suara garang itu. Suara guru killer yang sedang mengajarnya.
“Maju kamu..!!!” bentak Ibu Riri.
“Ii..iya Bu’..”
Viona melangkah gontai ke depan. Terdengar bisik-bisik iseng dari teman-teman sekelasnya. Entah hukuman apa yang akan menimpanya sekarang.
“Kerjakan pertanyaan nomer 1 sampai 3 di papan..!!”
“Haaaaa..??” Viona ternganga.
“Haa…hee..haa..hee.. cepat kerjakan..!!”
“Iya Bu’…”
Viona mengerjakan soal-soal Fisika yang terpampang di papan tulis. Untuk murid sejenius Viona, hanya butuh waktu 5 menit untuk menjawab semua pertanyaan itu. Viona memang di kenal dengan kejeniusannya, walaupun dia sering malas memperhatikan gurunya yang sedang mengajar di kelas.

Bel pulang sekolah berbunyi. Viona dan Tina memasukkan buku pelajaran mereka ke dalam tas masing-masing. Kelas sudah sepi, hanya ada mereka berdua di sana.
“Ceritain gue sekarang..”pinta Viona sambil menarik tangan Tia untuk duduk di sampingnya.
“Yayaya… gak sabaran banget sih lo…”
“Ihhh.. bawel. Cepetan..”
“Gini, tadi malem gue SMS-an ama Gio. Gue nanya-nanya tentang kuliahnya di Jakarta gitu deh. Mmmm… gue juga nanya masalah kisah asmaranya…”
“Trus..truss.. kapan dia mau balik ke Bandung? Sapa pacar Gio sekarang?”
“Dia mau pindah kuliah ke Bandung katanya..”
“Wooww.. asiiikkkk… Gio pindah ke Bandung. Yes.. Yes.. gak jarak jauh lagi deh..!! truss…. Sapa pacarnya??”
“Katanya… dia… dia…mmmm…….”
“Dia kenapa Tia?? Sapa pacarnya? Cepetan kasi tau..!!”
“Dia lagi PDKT ama anak sekolah kita Vi..”
“Haaaaa??? Anak sekolah kita? Sapa? Bukannya dia udah punya pacar di Jakarta? Kalok gak salah namanya tu Wiliy..”
“Dia udah putus ama Wiliy. Gio bilang, Wiliy tu cewek matre..”
“Hahaha.. kasian Gio..”
“Kok lo malah ketawa sih Vi. Seharusnya lo sedih dong..”
“Ngapain gue harus sedih?”
“Gio kan lagi PDKT ama anak sekolah kita Vi..!!”
“Oooo…..”
Viona hanya menjawab singkat. Dia tersenyum sendiri mendengar kekhawatiran sahabatnya itu. Hatinya pun berkata…..
“Hahaha.. addduhhh.. lo bego amat sih Tia..!! Gio tu lagi PDKT ama gue kale. Gue udah lama SMS-an ama Gio, tapi gue gak tau apa dia sadar ama perasaan gue ke dia selama ini. Gue juga bingung. Ayu bilang kalok Gio udah benci banget ama gue, tapi kenapa sikap Gio baik-baik aja ke gue..?? ahhh.. bodo..!! yang penting gue bisa lancar SMS-an ama dia. Yah,, walaupun di tiap SMS-nya tu selalu ngebahas masalah pacarnya, gebetannya, kenalan barunya dan banyak lagi, huuuhh… dia gak nyadar kalok itu semua nyakitin perasaan gue banget. Tapi di satu sisi gue bersyukur, setelah 6 bulan gue putus komunikasi ama dia, akhirnya semenjak sebulan yang lalu gue ngeberaniin diri buat SMS dia duluan, oh my god…!!! Gio ngerespon SMS gue..!! gue seneng bangettttt….”
“Viona..!!”bentak Tia yang mulai merasa aneh di tinggal melamun oleh Viona.
“Aaaa.. iya..?”tanya Viona kaget.
“Lo kok bengong sih??”
‘Ooo.. gak ada. Gue cuma…Cuma… mmmm… gak jadi deh..!!!”
“Kenapa sih lo? Gila??Tambah aneh aja lo..!!”
“Biarin… hehe..”
“Idiiihhh.. sahabat gue kok stress gini sih? Apa gara-gara Gio??”
“Mmmm….may be..”
“Ihhh..nyebelin banget sih lo?!”
“Masak???”
Viona berlari ke luar kelas. Tia mengejarnya sambil menjerit memanggil nama Viona dengan keras.

Kamar Viona tak pernah rapi semenjak Ayu menginap di rumahnya. Buku, bantal, selimut, dan boneka berserakan tak karuan. Viona yang sedang asyik membaca novel di kursi belajarnya tiba-tiba terperanjat mendengar suara Ayu yang tertawa cekikikan.
“Ayuuuuu..!!”bentak Viona dengan wajah sebelnya.
“Mmmm.. iya..? kenapa?”tanya Ayu kebingungan.
“Lo kenapa sih ketawa-ketiwi gak jelas kayak gitu?? Gila lo ya?? Asik banget baca SMS-nya..!!”
“Sorry..sorry… ya nih. Asik banget SMS-an ama anak nih. Gokil dan gombal banget tau gak..!!”
Tak henti-hentinya jari-jemari Ayu mengetik kata demi kata di tombol-tombol handphone-nya. Setiap ada pesan yang masuk, suara tawa Ayu langsung membelah kesunyian rumah Viona.
“Emang lo lagi SMS-an ama sapa sih?”
“Ada deh Vi.. rahasia..”
“Huuuuh,,, ya udah. Gue mau SMS-an juga ahh..!!”
Viona langsung meraih handphone-nya yang tertindih di bawah bantal. Tangannya mulai mengetik dengan cepat.
Viona
Malem Gio..!! >_<
Pesan itu terkirim dengan cepat. Viona tersenyum kemudian meraih novelnya yang di lepaskannya tadi.
“Lo SMS-an ama sapa Vi?” tanya Ayu membelah kesunyian.
“Ada deh. Rahasia..!”
“Dasarrrrr…!!”
Beberapa menit kemudian, handphone Viona bergetar menandakan ada pesan singkat yang masuk. Viona langsung membuka pesan itu.
Gio
Sorry Vi, gue telat balesnya. Gue lagi sibuk ngerjain tugas kampus nih. Malem ni kita gak SMS-an gak apa-apa kan Vi?? Maaf banget ya.
Viona
Ya, gak apa-apa kok. Sorry gue ganggu. Lanjutin dah. Semangat yah..!!
Viona berdiri kemudian menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Ayu berbaring terlentang di sampingnya. Mata Viona pun melirik ke arah layar ponsel sahabatnya itu. “Kayaknya gue kenal ama nomer tu. Tapi nomernya sapa yah??”ujarnya dalam hati.
“Buseeeet lo Yu. Kotak masuk di Hp lo isinya dari nomer yang sama semua.”kata Viona terheran-heran.
“Ya iyalah. Gue kan SMS-an ama dia tiep hari Vi. Oh ya, lo gak jadi SMS-an??”tanya Ayu sambil melirik ke arah Viona yang mulai memejamkan mata.
“Gak. Dia lagi sibuk katanya. Gue tidur duluan ya Yu. Pegel banget ni mata.”
“Gila’. Mata lo hebat banget sih Vi. Tumben gue denger mata bisa pegel. Biasanya kan kaki yang pegel..!!”
Viona tak menyahut lelucon dari sahabatnya itu. Matanya terpejam, pikirannya telah menerawang ke alam mimpi. Tinggallah Ayu sendiri di temani Handphone-nya.

Bel berbunyi tiga kali, menandakan sudah waktunya untuk beristirahat. Para murid berhamburan di sana-sini. Murid di kelas IX IPA 2 tersisa hanya beberapa orang.
“Viona…!!”panggil Tika dengan suara yang lantang.
Viona yang baru saja melangkahkan kakinya ke luar kelas langsung menoleh ke arah sumber suara.
“Ada apa?”tanyanya singkat.
“Lo mau ke kantin?”
“Iya..”
“Gue ikut dong..”
“Ayok..”
Mereka berdua melangkah beriringan menuju ke kantin. Tia merasa heran melihat tingkah Viona yang mendadak pendiam hari itu.
“Viona?” sapa Tia.
“Mmmm.. ya? Kenapa?” tanya Viona sambil menatap wajah Tia.
“Hari ini lo kok pendiem banget sih? Lagi ada masalah?”
“Gak kenapa-napa kok. Kita cari tempat duduk dulu yok..”ajak Viona ketika sampai di kantin.
Mereka berdua memilih duduk di meja paling ujung, berhubung hanya meja itu yang belum terisi. Mereka pun memesan dua gelas jus jeruk kepada pelayan kantin itu.
“Tia, akhir-akhir ini lo masih sering SMS-an ama Gio gak??”tanya Viona tiba-tiba.
“Mmmm…gak juga. Terakhir kali gue SMS-an ama dia tu dua hari yang lalu. Emangnya napa Vi?”
“Kok dia gak pernah bales SMS aku ya sekarang? Sesibuk apa sih dia sampe-sampe gak ada waktu buat ngebales SMS gue?!”tanya Viona dalam hati.
“Viona??”sapa Tia sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Viona.
“Oh ya, sorry, gue ngelamun.Hmmm.. ada kabar baru tentang Gio gak?”
Wajah Tia tiba-tiba gelisah. Dia tertunduk. Entah apa yang tengah di sembunyikannya.
“Mmmm… gak ada Vi.”Tia berbohong.
“Serius gak ada?”tanya Viona curiga.
“Iii…iya Vi..”jawab Tia dengan gugup.
“Lo gak lagi nyembunyiin sesuatu kan?”
“Gak kok Vi..!! ngapaen juga gue boongin lo..”
“Okeee.. gue percaya ama lo..”
Viona langsung menyeruput jus jeruknya yang baru di antarkan oleh pelayan kantin. Tia pun melakukan hal yang serupa.
“Oh ya Viona, kok gue gak pernah ngeliat Ayu ya? Dia kemana sih? Ngilang aja kayak siluman.”tanya Tia.
“Palingan juga lagi SMS-an di toilet sekolah.”jawab Viona tanpa ekspresi.
“Haaaa? SMS-an di toilet sekolah? Emang dia udah berani bawa Hp ke sekolah? SMS-an ama sapa tu anak?”
“Yeeee.. emang dari dulu dia udah bawa Hp kale. Mmm… gue gak tau dia SMS-an ama sapa. Rahasia katanya.”
“Ooo.. gitu ya. Dasar tu anak udah mulai bandel..!!”
“Biarin aja lah… tumben ngerasain jatuh cinta tu anak …!!”
“Hehehe.. ya juga sih..!!”

Tidak seperti biasanya, siang itu Viona, Ayu dan Tia memutuskan untuk makan siang bersama setelah jam pulang sekolah. Tia yang kebetulan mendapatkan rejeki nomplok dari orang tuanya itu pun berinisiatif untuk menawarkan makan siang gratis di café untuk sahabat-sahabatnya itu.
“Eh Viona, gue nitip Hp gue bentar ya. Gue kebelet nih. Mau ke toilet bentar.”kata Ayu tiba-tiba.
“Ya udah, gue ama Tia nunggu di café biasa ya. Cepetan gih..!!”ujar Viona.
Beberapa saat kemudian, Viona dan Tia tiba di sebuah café mewah kebanggaan mereka. Tak banyak pengunjung di sana. Mungkin karena masih siang.
“Kita duduk di pojok aja yuk.”ajak Tia.
“Oke-oke aja..”ujar Viona.
Viona menghenyakkan tubuhnya di kursi sambil melepas lelah. AC di café itu benar-benar menimbulkan kenyamanan bagi para pengunjung. Design café yang elegan juga menenangkan pikiran setiap pengunjung yang sedang ruwet.Tiba-tiba Handphone Ayu bergetar.
1 Pesan Singkat
Kalimat singkat itu terpampang jelas di layar Handphone Ayu. “Aduuuuh.. ada SMS nih. Mmm.. gue buka gak ya? Kira-kira kalok gue buka SMS ni Ayu bakalan marah gak ya ama gue? Masak sih dia marah cuma gara-gara hal sepele kayak gini? Ahhh.. gak mungkin..!! gue buka aja ahh..!!”ujar Viona dalam hati.
My HoNeY_GiO
Ayankkkk… lagi dimana tuh yank?? Aku dah di Bandung nih. Ntar malem ayank udah gak nginep di rumahnya Viona kan? Berarti ntar malem kita jadi nge-date dong..!! asiiikkk..!! aku tunggu di café biasa ya sayanggg…. I LOVE YOU mmmmuaachh….. bye..!!
Bagai tersambar petir di siang hari, tubuh Viona bergetar setekah membaca pesan singkat itu. Handphone itu pun terlepas dari tangannya. “Gio? Jadi selama ini Ayu SMS-an ama Gio?!! Ayu pacaran ama Gio tanpa sepengetahuan gue? Gue ngerti kenapa Ayu maksa gue buat ngelupain Gio, ternyata Ayu punya maksud lain dari semua itu. Oh tuhan, apa salahku? Kenapa sahabatku sendiri tega ngelakuin semua ini padaku? Setelah Steve di rebut oleh Tia, sekarang Gio pun berhasil di rebut oleh Ayu. Alangkah baiknya kedua sahabatku itu..!!Tuhan, apakah ini semacam kutukan untukku karna telah menyia-nyiakan orang yang benar-benar mencintaiku dulu??!! Maafkan aku tuhan…masihkah kau membukakan pintu maaf itu untuk hambamu ini??”itulah pinta sekaligus tanya Viona dalam hatinya yang telah hancur. Matanya memanas. Sungai kecil tampak mengalir di pipi mulusnya. Tia kaget melihat sahabatnya yang tiba-tiba menangis histeris.
“Viona , lo kenapa?”tanya Tia khawatir.
Tak ada sepatah kata pun yang mampu terucap dari bibirnya. Dadanya sesak dan tubuhnya pun lemas melihat Ayu yang kini berdiri di sampingnya.
“Lhoh?? Viona? Lo kok nangis? Kenapa?” tanya Ayu kebingungan.
“Maafin gue ya Yu. Gue udah lancang ngebaca SMS lo barusan. Lo mau kan maafin gue? Lo gak marah kan ama gue?”tanya Viona sambil menangis.
“Maksud lo? SMS dari sapa Vi??”tanya Ayu sambil meraih Handphone-nya yang tergeletak di lantai.
“Selamet yah. Lo udah jadian ama Gio. Gue turut bahagia.Gue….. gue titip cinta gue buat Gio ke lo ya Yu. Jagain dia baik-baik. Jangan pernah lo nyakitin dia. Gue gak mau dia sakit gara-gara cinta lagi Yu. Gue percaya, lo lebih paham arti mencintai dan dicintai, lo lebih bisa menghargai dan mengerti, lo lebih, lebih, dan lebih baik dari gue. Dan gue harap, cinta lo ke Gio lebih besar daripada cinta gue ke dia…”
Tak henti-hentinya Viona menangis. Tia yang dari tadi hanya terdiam pun akhirnya mengerti apa yang menjadi pokok permasalahannya sekarang. Sebenarnya Tia telah mengetahui semua itu sejak lama, tepatnya sejak sebulan yang lalu saat Gio dan Ayu memutuskan untuk pacaran diam-diam. Gio lah yang menceritakan semua itu padanya. Namun Tia menyembunyikannya dari Viona dan menunggu saat yang tepat untuk memberitahukan semuanya.
“Viona, maafin gue yang udah ngerahsiain ini dari lo. Gue cuma nunggu waktu yang tepat buat ngungkapin semuanya. Maafin gue..”kata Tia sambil memegang tangan Viona.
“Gue juga pengen minta maaf ama lo Vi. Maaf gue udah ngerampas Gio dari lo. Ini semua karna gue juga sayang ama dia…!! mungkin rasa sayang gue sama besarnya ama rasa sayang lo ke Gio…”
“Ayu..!! jangan pernah bilang “MUNGKIN”…!! Lo harus yakin kalok rasa sayang lo tu sama besarnya ama rasa sayang gue ke dia. Please Yu…. Gue pengen liat Gio bahagia ama orang yang dia cintai. Gue percaya ama lo…!! Dan sekarang gue sadar, cinta tak harus memiliki..!!! gue ikhlas asalkan kalian bahagia…. Gue ikhlas….!!”
Bibir Viona mengukir senyum pahit. Mereka bertiga pun berpelukan. Kata orang, persahabatan itu lebih berharga dari apapun. Benar atau tidaknya entahlah… Walaupun hati Viona telah hancur berkeping-keping, tapi dia tidak akan menunjukkannya pada Tia dan Ayu, bahkan mungkin orang lain. Baginya, kebahagiaan boleh di bagi, tetapi kesedihan cukup di pendam sendiri. Sungguh prinsip yang aneh namun tetap di terapkannya. “Gio, tujuh bulan gue nunggu lo dan ternyata gak ada yang bisa gue dapetin dari lo. Apa butuh waktu tujuh tahun buat lo sadar betapa besarnya rasa cinta gue ke lo??? Atau mungkin sampe gak ada waktu yang tersisa buat gue bilang kalok gue cinta ama lo.. Gue janji, cinta ini hanya buat lo walaupun cinta lo gak bakalan pernah buat gue….!! Gue ikhlas demi kebahagiaan lo..!!”

Jika kebahagiaannya bukan aku yang pantas persembahkan,
Ikhlasku penuh kan merelakannya,
Jika cintaku hanya teteskan air matanya,
Mungkin dengan air mataku dia bisa mengukir senyuman,
Tak mengapa asal dia bahagia,
Tak peduli apakah aku terluka,
karena hanya dengan tawanya,
Aku merasa sedikit bermakna,
Walaupun baginya,
Aku bukanlah apa-apa,
Aku bukan siapa-siapa….
Lanjutkan=>

AKU SAYANG KAMU Karya Nurzila Binti Sahir

Tombol bel dipencet berkali-kali. Namun belum ada tanda-tanda orang yang akan membukakan pintu. Bocah lelaki itu tak mau menyerah. Dia tetap memencet tombol bel itu dengan bersemangat.
“Braaaaakkk…!!!”pintu terbuka.
Tampak seorang gadis tinggi berambut panjang berdiri di balik pintu. Gadis yang kira-kira berumur 17 tahun itu mengenakan t-shirt berwarna pink dan celana pendek berwarna hitam di atas lutut. Mata sipitnya menatap tajam ke arah bocah berpakaian lusuh di hadapannya.
“Kamu lagi, kamu lagi..!! kenapa sih kamu tu gak bosen-bosennya ke rumah aku tiep hari? Sapa sih yang nyuruh kamu?”
“He..he… seperti biasa mbak Bella, saya ke sini mau nganterin bunga lagi.”jawab bocah itu sambil menunjukkan bunga mawar putih yang disembunyikannya di balik punggung.
“Bunga lagi, bunga lagi. Udah 3 minggu kamu datang ke sini, dan udah 3 minggu juga kamu bawain aku bunga. Sekarang aku tanya, sapa yang nyuruh kamu ngelakuin semua ni?”
“Anu mbak,, mmmm,,, ituu,,,anuu,,,”kata bocah itu dengan gugup dan wajah kebingungan.
“Anu itu, anu itu, S I A P A??”
“Aduuuuh mbak, mas itu gak mau kalok saya kasi tau tentang dia ke mbak. Tugas saya kan cuma nganterin bunga ini. Mbak bella, bunganya di ambil dong.”kata bocah itu sambil mengacungkan bunga itu kepada Bella.
“Huhh,, ya udah, aku ambil bunganya. Sekarang kamu cepat pergi. Kalok bisa, gak usah ke sini lagi buat nganterin aku bunga. Ngerti?!”ujar Bella sambil mengambil bunga itu.
“Siiip dah mbak. Permisi…”
Bella menutup pintu setelah memastikan bocah itu telah lenyap dari sekitar rumahnya.
Seribu tanya kembali menghantuinya. Siapakah “Mas” yang dimaksudkan oleh bocah itu? Mengapa “Mas” itu mengiriminya bunga mawar setiap hari? Seperti biasa, selembar kertas terselip di balik bunga itu. Bella sudah bisa menebak isi dari surat itu tanpa harus membuka atau membacanya.
“Bella, aku pengen ketemu sama kamu sebelum waktu itu kan menjemputku… dan aku pengen bilang kalok aku…. CINTA KAMU BELLA.”
Bella melempar surat beserta bunga itu ke dalam bak sampah kemudian menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. “Siapa? Kenapa?” tanyanya dalam hati. Pertanyaan semacam itu setiap hari terbersit di dalam benaknya. Bella mulai bosan untuk memikirkan jawaban dari setiap pertanyaan itu.
“Tok..Tok..Tok….”
“Non Bella…?”ujar Bik Atik di balik pintu.
“Ya Bik, ada apa?”
“Ada mas Randa di bawah.”
“Ooo.. ya Bik. Saya ke bawah bentar lagi.”
Randa, kekasih Bella yang menurut orang-orang di sekitarnya adalah lelaki tertampan seantero Jakarta. Tubuhnya tinggi, kulitnya bersih, penampilannya rapi namun tetap gaul. Randa juga dikenal dengan julukan “The Steller Heart”. Kenapa? Karena dia memang ahli dalam hal mencuri hati para wanita.
Siang itu Randa mengenakan kemeja putih dan celana Levis bermerek andalannya. Dia kelihatan sangat tampan.
“Hey sayang…”sapa Randa sambil mencium kedua pipi lembut Bella.
“Kok gak bilang-bilang sih kalok mau dateng…?”tanya Bella setelah duduk berdekatan dengan Randa.
“Surprise aja sayang. Mmmm…papa mama kamu mana sayang?”
“Mama lagi ngumpul ama temen-temen arisannya. Kalok papa sih masih di Australi ngurusin bisnis.”
“Ooo… berarti kamu di sini cuma berdua ama Bik Atik dong..?”
“Ya iyalah sayangku. Mau sama sapa lagi cobak? Aku kan anak sematawayang.”
“Hmmm… ya juga sih.”kata Randa singkat sambil mencium pipi Bella.
“Duuhh sayang, kamu kenapa sih?”tanya Bella yang mulai risih dengan perlakuan kekasihnya itu.
“Gak ada sayang. Aku cuma kangen aja ama kamu.”
“Oh.. kirain kamu kenapa-kenapa tadi. Oh ya, aku sampe lupa. Kamu mau minum apa sayang?”
“Aku gak haus sayang. Soalnya ada kamu di deket aku sekarang. I LOVE YOU..” kata Randa sambil berbisik di daun telinga Bella.
“I LOVE YOU TOO..”
Mereka bertatapan. Tatapan yang semakin mendekat, sehingga tak ada lagi yang mampu di tatap oleh Bella. Matanya terpejam tatkala bibirnya bersentuhan dengan bibir Randa. Dan untuk kesekian kalinya mereka berdua melakukan adegan mesra itu.
Pagi yang hening. Seperti biasa bel pintu rumah Bella berbunyi. Bella membuka pintu dan……
“Mbak, ini bunga mawarnya. Tapi hari ini ada yang beda mbak. Bunganya bukan mawar putih, tapi mawar merah.”kata bocah itu cengengesan.
“Oh ya. Makasi.”jawab Bella dengan ketus sambil mengambil bunga itu.
Bocah itu pun pergi. Bella pun menutup pintu kemudian membaca surat yang terselip di bunga itu.
“Bella, hari ini aku kasi kamu mawar merah. Kamu mau tau kenapa? Karena ini bunga terakhir dari aku Bel. Tapi kamu tenang aja, cintaku ama kamu gak akan pernah berakhir kok. Untuk ngebuktiinnya, aku tunngu kamu jam 6 sore di taman kota. Aku tunggu ya Bel.. I LOVE YOU..”
“Haaaa? Bunga terakhir? Syukurlah…. Akhirnya dia ngajak ketemuan juga. Mmmm…. Jadi tambah penasaran, sapa sih dia?”ujar Bella sendirian.
Liburan semester ini kegiatan Bella boleh dikatakan amat membosankan. Teman-temannya yang lain sedang asyik menikmati liburan di Bali, sedangkan dia hanya menghabiskan waktu dengan menonton televisi di rumah. Jarum jam di dinding sudah menunjukkan pukul 5.27 sore. Bella duduk di depan meja rias sambil menyisir rambut panjangnya. Dia kelihatan sangat cantik dengan sweater ungunya dan rok mini berwarna putih itu. Beberapa jepit lucu menghiasi kepalanya. Diapun menggunakan beberapa aksesoris lainnya seperti kalung, gelang dan jam tangan. Di bandingkan dengan anak gadis lain, penampilan Bella memang lebih sederhana namun tetap menarik. Dia tidak suka berpenampilan over atau lebay dalam bahasa gaulnya. Setelah menyemprotkan parfum di tubuh, Bella pun berangkat dengan mobil Jazz merah miliknya menuju ke taman kota.
Taman kota sore itu tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa orang yang menghabiskan waktu sorenya di sana. Mata Bella tertuju pada sebuah kolam yang terbentang di hadapannya. Puluhan bahkan mungkin ratusan bunga teratai tumbuh di kolam itu. Sungguh pemandangan yang indah.
“Hay Bella..”sapa seseorang dari belakang.
“Nahhhh… ini dia waktu yang aku tunggu-tunggu. Akhirnya aku bisa ngeliat orang yang ngirimin aku bunga tiep hari itu sekarang. Aduuuu… kok aku deg-degan ya..? Mmmm.. tarik nafas….lepassss.. tarik lagi…lepasss… huuuuhh… Aku hitung mundur ahhh…. 5, 4, 3, 2, 1….”ujar Bella dalam hati.
Bella menoleh. Alangkah terkejutnya Bella ketika melihat lelaki itu. Mata Bella terbelalak. Yang dilihatnya adalah seorang lelaki yang duduk di atas kursi roda. Wajah lelaki itu pucat pasi, bibirnya kering dan pecah-pecah. Sesekali bibir itu dipaksa untuk mengulum senyum. Senyuman yang amat pahit di mata Bella. Rambut? Tidak ada. Tidak ada sehelai rambut pun yang tumbuh di kepalanya. Menyedihkan. Tubuh lelaki itu seakan lentur, lemah dan tak berdaya. Apa yang menimpanya?
“Riko….?!!”ujar Bella.
“Ya, ini aku Bel.”
“Kamu…. Kamu kenapa Rik??”
Bella melangkah perlahan mendekati lelaki itu. Dia berusaha sekuat mungkin untuk tidak menampakkan garis kekecewaan di wajahnya.
“Aku gak apa-apa kok Bel. Cuma kurang sehat. Kamu apa kabar Bel..?”
“Mmmm..aku…aku baik-baik aja Rik.”
“Syukurlah kamu baik-baik aja. Aku bahagia ngedengernya.”
Bella berlutut di hadapan kursi roda Riko. Matanya tak henti-henti memperhetikan lelaki di hadapannya itu. Sedih. Itulah yang dirasakan oleh Bella saat itu.
“Kenapa Bel? Kok kamu ngeliatnya kayak gitu?”
“Gak. Aku cuma…cuma agak kaget.”
“Ooo…”
“Rik, aku boleh nanya sesuatu gak?”
“Tanya aja Bel…”
“Apa maksud kamu ngirimin aku bunga mawar tiep hari??”
“Mmmm..bukannya itu yang kamu mau Bel..??”
“Maksud kamu??”
“Inget gak waktu kita masih kecil? Waktu kita main di halaman rumah kamu..”
Pikiran Bella melayang ke masa lalu. Bella teringat saat ketika dia dan Riko masih berumur 9 tahun.
“Bel, kalok kamu udah besar nanti, kamu mau cari pacar yang gimana?”tanya Riko sambil memainkan robot-robotan di tangannya.
“Idiiihhh…pertanyaan kamu aneh deh Rik. Kita kan masih kecil, kok dah ngomongin pacar sih. Ntar mama marah lho.”
“Aduuuhh.. Bel, aku kan cuma iseng. Masak gak boleh? Emang kalok kamu dah besar, kamu gak mau punya pacar?”
“Pengen sih Rik. Mmmm… aku pengen punya pacar yang……..Mmmmm… yang kayak Ariel Peterpan. Hehehe…”
“Iiiihh Bella, aku serius nih..”
“Oooo.. Riko lagi serius ya?? Okelaaa kalok begitu. Mmmm.. aku pengen punya pacar yang macho, baik, setia, terussss….Mmmm.. bisa kasi aku bunga mawar tiep hari.”
“Haaaa..? tiep hari? Yang bener aja.. bisa-bisa populasi bunga mawar di Jakarta langka dong gara-gara kamu.”
“Bodo…”
Riko termenung seketika. Matanya melirik ke arah Bella yang sedang asyik memainkan boneka barbienya.
“Riko…”
“Ya Bel..”
“Kalok kamu mau punya pacar yang gimana?”
“Mmmm… gak ribet. Yang kayak kamu aja deh..hehe”
“Uuuu..dasarrr..!!”
“Biarin…. Weeeekkk…”
Mereka berlari berkejaran. Halaman rumah Bella yang sangat luas merupakan tempat bermain yang paling strategis untuk mereka.

Kenangan itu buram seketika. Bella kembali menatap mata Riko di hadapannya.
“Udah inget Bel??”
“Ya, tapi..tapi itukan dulu Rik. Kita masih anak-anak.”
“Dulu atau sekarang bagiku gak ada bedanya Bel. Aku tetep aja sayang ama kamu.”
“Tapi kenapa kamu ninggalin aku waktu itu Rik??”
Pikiran Bella kembali menerobos masa lalu, ketika dia dan Riko masih duduk dibangku kelas 3 SMP.
“Bel, aku mau pergi..” kata Riko yang kebetulan duduk di sebelah Bella.
Bella sedang asyik membaca novel kesayangan. Dia tetap membaca tanpa menoleh sedikitpun ke arah Riko.
“Mau ke mana?”tanya Bella singkat.
“Jauh. Aku gak tau nama tempatnya. Lupa.”
“Kenapa?”
“Soalnya aku benci ama kamu Bel..!!! bisa gak kamu tu perhatiin aku yang lagi ngomong..?!!”
Bella menutup novelnya. Dia menatap wajah sahabatnya itu dengan tajam.
“Trusss..?”kata Bella.
“Pokoknya aku benci ama kamu Bel…!!”
“Lho? Kok gitu? Emang salah aku apa? Masak cuma gara-gara aku gak merhatiin kamu ngomong?”
“Bukan. Bukan itu alesannya.”
“So…?”
“Gara-gara kamu pacaran ama Todi..!!”
“Emang salah ya kalok aku pacaran? Temen-temen kita yang lain juga dah pada pacaran kan??”
Bella menatap ke arah teman-teman sekelasnya yang sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Kemudian matanya kembali menatap Riko.
“Salah. Salah besar bel. Aku gak suka liat kamu pacaran, apalagi ama Todi. Aku gak sudi..!! pokoknya kamu gak boleh pacaran ama Todi jelek itu. Ngerti..?!”bentak Riko sambil mengacungkan tangannya di depan wajah Bella.
“Kok kamu malah marah-marahin aku sih Rik?? Apa hak kamu buat marah ama aku. Papa mama aku aja gak pernah bentak aku kayak gitu…”
Bella menangis tersedu-sedu. Dia tidak menyangka bahwa Riko tega membentaknya seperti itu. Riko menjadi panic.
“Aduuuh Bel… maafin aku ya.. aku cuma canda kok .. maaf ya..”
“Gak mau. Kamu dah keterlaluan Rik. Kamu jahat. Aku benci ama kamu. Benci..!!”
“Bel.. please.. aku minta maaf. Aku janji gak bakalan marah-marah kayak gitu lagi. Maafin aku ya. Lagipula, aku kan mau pergi Bel, masak kamu gak mau maafin aku?”
“Terserah. Pergi sana. Aku gak peduli. Mampus-mampus sana. Aku benci ama kamu. Pergii….!!!!!”
Bella mendorong tubuh Riko hingga terjatuh. Suasana kelas yang riuh menjadi hening. Semua memperhatikan kejadian itu dengan wajah terheran-heran.
“Bel, aku mohon. Jangan marah-marah kayak gitu dong ama aku. Aku khilaf bel. Maafin aku ya.
Riko mengusap darah yang tiba-tiba keluar dari hidungnya. Mungkin gara-gara terbentur di meja ketika dia terjatuh tadi.
“Gakkkkkkkkkkkk…!!!!!!! Pergi kamu…!!!”
Pandangan Riko tiba-tiba buram. Perlahan-lahan matanya tertutup. Gelap.
Bella tersadar dari lamunannya. Riko masih duduk terdiam di atas kursi rodanya.
“Maafin aku Rik….”kata Bella sambil menunduk menangis
“Jangan nangis Bel. Aku gak mau liat kamu nangis. Kamu gak salah apa-apa kok. Aku yang salah. Aku minta maaf ya Bel.”pinta Riko sambil mengusap air mata Bella.
“Aku yang harus minta maaf Rik, bukan kamu..”
“Kan aku udah bilang, kamu gak salah apa-apa Bel, aku yang salah. Seharusnya aku sadar, aku gak berhak buat marah-marahin kamu, bahkan sampe ngatur-ngatur kamu. Aku kan cuma sahabat kamu Bel. Kamu boleh pacaran ama sapa aja, yang penting kamu bahagia. Tapi jujur Bel, aku selalu menangis di atas kebahagiaan kamu ama Todi dulu, bahkan sampai sekarang, aku masih menangis di atas kebahagiaan kamu ama Randa. Aku bukan sahabat yang baik ya Bel..??!”
Air mata Riko bercucuran. Dengan cepat Riko mengusap air matanya. Dan sekali lagi, senyum palsu itu terukir di bibirnya.
“Kamu kenal Randa?”
“Ya, aku kenal Randa. Bahkan Marco selingkuhan kamu tu.”
“……..”Bella terdiam.
“Aku tau dari Bik Atik. Aku selalu tanya tentang kamu di Bik Atik. Hehe..lucu ya..?”
Riko tertawa pedih. Telinga Bella tak sanggup mendengar tawa sahabatnya itu. Bella kembali menangis.
“Sehari sebelum aku pergi, aku ke rumah kamu Bel. Aku nyariin kamu. Tapi Bik Atik bilang kalok kamu gak mau ketemu ama kau lagi. Padahal, aku udah bela-belain kabur dari rumah sakit cuma buat ketemu ama kamu Bel.”
“Maaf Rik….”kata Bella tersedu-sedu.
“Dokter memvonis aku mengidap kanker otak. Jadi waktu hidungku berdarah di sekolah itu bukan gara-gara kebentur meja, tapi emang aku udah penyakitan Bel..”
“Tuhan,,, katakan ini hanya mimpi. Mimpi buruk ya tuhan…”pinta Bella dalam hati.
“Oh ya, aku lupa cerita. Waktu Bik Atik gak ngizinin aku ketemu ama kamu tu aku langsung pingsan Bel. Pingsan lagi, pingsan lagi. Untung kamu gak ngeliat aku waktu itu, kalok gak kamu pasti ngejekin aku banci. Kamu kan paling hobi ngejekin aku banci gara-gara aku gak bias kecapek’an. He ..he.. Lucu ya Bel..?! seandainya aja kamu tau tentang penyakit aku ini dari dulu, kira-kira kamu bakalan tetep ngejekin aku banci gak ya???”kata riko sambil menahan tangis.
“Stop Rik.. aku mohon stop…!!”jerit Bella tak tahan.
“Kenapa Bel? Ceritaku kan belum selesai..”tanya Riko sambil menangis.
“Kenapa kamu baru cerita sekarang Rik? Kenapa kamu ngebohongin aku selama ini?? Kenapa??”
“………” Riko terdiam. Dia terus menangis.
“Jawab Rik…!”
“Karna aku sayang kamu Bel…”
“Apa??’
“Karna aku sayang kamu Bella….!! Aku mau bilang kalok aku sayang kamu sebelum aku pergi ke Amerika, tapi kamu dah terlanjur benci ama aku. Bahkan waktu itu kamu udah gak mau ketemu lagi ama aku..!! aku gak tau mau ngapain lagi Bel..”
“Kalok kamu sayang ama aku, kenapa kamu ninggalin aku ke Amerika??!!! Apa itu caranya buat nunjukin rasa sayang kamu ke aku..??!!”
“Karna aku pengen sembuh Bel. Karna aku pengen berobat ke Amerika, aku pengen sehat, aku pengen maen-maen lagi ama kamu, aku pengen ngedengerin curhatan kamu, aku pengen nemenin kamu shopping, aku pengen ngejagain kamu, aku pengen ngejahilin kamu, aku pengen ngelakuin apa pun buat kamu Bel…!!! Apapun..!!”
“………”Bella menangis terdiam.
“Sekarang, kamu udah tau semuanya. Kamu juga udah tau kalok aku sayang banget ama kamu. Aku gak butuh jawaban atau balasan apapun dari kamu Bel. Aku cuma pengen kamu tau perasaan aku, itu aja udah cukup buat aku. Tapi, ada satu hal yang aku minta dari kamu Bel…”
“Apa…?”
“Maafin aku…”
Darah mengalir dari hidung Riko. Bella terkejut dan ingin mengusap darah itu, namun Riko menahan tangannya.
“Udah biasa Bel. Jangan panic..”
“Tapi Rik…”
“Udaaahhh.. tenang aja, bentar lagi darahnya berenti kok. Gimana? Apa kamu mau maafin aku??”
“Ya Rik. Aku maafin kamu kok. Yang harusnya minta maaf kan aku. Aku yang salah banyak ama kamu Rik. Aku gak tau kalok kamu….”
Belum selesai Bella menghabiskan kata-katanya, tiba-tiba Riko memeluk tubuhnya dengan erat. Bella yang masih dalam posisi berlutut langsung terpaku seketika. Dia dapat merasakan betapa rapuhnya tubuh yang sedang memeluknya itu. Terdengar tangis Riko yang memilukan.
“Aku sayang kamu Bel..”
“Aku juga Rik.. aku sayang kamu.”
Mereka berdua menangis dalam pelukan. Sinar mentari perlahan-lahan tertutup oleh awan hitam yang datang berarakan. Burung-burung berkicau riuh di atas pepohonan. Dedaunan seakan menari-nari dengan angin yang berjalan. Bunga-bunga mekar pun menampakkan sinar cinta di setiap kelopaknya. Alangkah tenangnya hati kedua insan itu.
“Rik..Riko..?”
Bella melepaskankan pelukannya ketika merasakan suhu tubuh Riko semakin dingin. Mata Riko terpejam. Wajahnya tenang dan seakan tersenyum. Tapi kali ini senyuman Riko terlihat sangat manis dan tulus. Bella kembali memeluk jasad Riko dan menangis.
“Selamat jalan Riko. Selamat jalan sahabatku. Aku sayang kamu…”
Bella terus menangis sambil memeluk tubuh kaku itu. Dia pergi. Riko telah pergi menuju kehidupan yang abadi di sana. Awan hitam mengiringnya bertemu sang pencipta. Langit turut bersedih dan menjatuh tetes-tetes kesedihannya. Sungguh, tak ada yang abadi di dunia ini. Namun Bella yakin, rasa sayangnya ke Riko akan selalu abadi dan tak kan pernah mati.
SELAMAT JALAN RIKO
Lanjutkan=>
BUAT TEMAN-TEMAN SEMASA SMAKU, AKU MENCINTAI KALIAN.