Tombol bel dipencet berkali-kali. Namun belum ada tanda-tanda orang yang akan membukakan pintu. Bocah lelaki itu tak mau menyerah. Dia tetap memencet tombol bel itu dengan bersemangat.
“Braaaaakkk…!!!”pintu terbuka.
Tampak seorang gadis tinggi berambut panjang berdiri di balik pintu. Gadis yang kira-kira berumur 17 tahun itu mengenakan t-shirt berwarna pink dan celana pendek berwarna hitam di atas lutut. Mata sipitnya menatap tajam ke arah bocah berpakaian lusuh di hadapannya.
“Kamu lagi, kamu lagi..!! kenapa sih kamu tu gak bosen-bosennya ke rumah aku tiep hari? Sapa sih yang nyuruh kamu?”
“He..he… seperti biasa mbak Bella, saya ke sini mau nganterin bunga lagi.”jawab bocah itu sambil menunjukkan bunga mawar putih yang disembunyikannya di balik punggung.
“Bunga lagi, bunga lagi. Udah 3 minggu kamu datang ke sini, dan udah 3 minggu juga kamu bawain aku bunga. Sekarang aku tanya, sapa yang nyuruh kamu ngelakuin semua ni?”
“Anu mbak,, mmmm,,, ituu,,,anuu,,,”kata bocah itu dengan gugup dan wajah kebingungan.
“Anu itu, anu itu, S I A P A??”
“Aduuuuh mbak, mas itu gak mau kalok saya kasi tau tentang dia ke mbak. Tugas saya kan cuma nganterin bunga ini. Mbak bella, bunganya di ambil dong.”kata bocah itu sambil mengacungkan bunga itu kepada Bella.
“Huhh,, ya udah, aku ambil bunganya. Sekarang kamu cepat pergi. Kalok bisa, gak usah ke sini lagi buat nganterin aku bunga. Ngerti?!”ujar Bella sambil mengambil bunga itu.
“Siiip dah mbak. Permisi…”
Bella menutup pintu setelah memastikan bocah itu telah lenyap dari sekitar rumahnya.
Seribu tanya kembali menghantuinya. Siapakah “Mas” yang dimaksudkan oleh bocah itu? Mengapa “Mas” itu mengiriminya bunga mawar setiap hari? Seperti biasa, selembar kertas terselip di balik bunga itu. Bella sudah bisa menebak isi dari surat itu tanpa harus membuka atau membacanya.
“Bella, aku pengen ketemu sama kamu sebelum waktu itu kan menjemputku… dan aku pengen bilang kalok aku…. CINTA KAMU BELLA.”
Bella melempar surat beserta bunga itu ke dalam bak sampah kemudian menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. “Siapa? Kenapa?” tanyanya dalam hati. Pertanyaan semacam itu setiap hari terbersit di dalam benaknya. Bella mulai bosan untuk memikirkan jawaban dari setiap pertanyaan itu.
“Tok..Tok..Tok….”
“Non Bella…?”ujar Bik Atik di balik pintu.
“Ya Bik, ada apa?”
“Ada mas Randa di bawah.”
“Ooo.. ya Bik. Saya ke bawah bentar lagi.”
Randa, kekasih Bella yang menurut orang-orang di sekitarnya adalah lelaki tertampan seantero Jakarta. Tubuhnya tinggi, kulitnya bersih, penampilannya rapi namun tetap gaul. Randa juga dikenal dengan julukan “The Steller Heart”. Kenapa? Karena dia memang ahli dalam hal mencuri hati para wanita.
Siang itu Randa mengenakan kemeja putih dan celana Levis bermerek andalannya. Dia kelihatan sangat tampan.
“Hey sayang…”sapa Randa sambil mencium kedua pipi lembut Bella.
“Kok gak bilang-bilang sih kalok mau dateng…?”tanya Bella setelah duduk berdekatan dengan Randa.
“Surprise aja sayang. Mmmm…papa mama kamu mana sayang?”
“Mama lagi ngumpul ama temen-temen arisannya. Kalok papa sih masih di Australi ngurusin bisnis.”
“Ooo… berarti kamu di sini cuma berdua ama Bik Atik dong..?”
“Ya iyalah sayangku. Mau sama sapa lagi cobak? Aku kan anak sematawayang.”
“Hmmm… ya juga sih.”kata Randa singkat sambil mencium pipi Bella.
“Duuhh sayang, kamu kenapa sih?”tanya Bella yang mulai risih dengan perlakuan kekasihnya itu.
“Gak ada sayang. Aku cuma kangen aja ama kamu.”
“Oh.. kirain kamu kenapa-kenapa tadi. Oh ya, aku sampe lupa. Kamu mau minum apa sayang?”
“Aku gak haus sayang. Soalnya ada kamu di deket aku sekarang. I LOVE YOU..” kata Randa sambil berbisik di daun telinga Bella.
“I LOVE YOU TOO..”
Mereka bertatapan. Tatapan yang semakin mendekat, sehingga tak ada lagi yang mampu di tatap oleh Bella. Matanya terpejam tatkala bibirnya bersentuhan dengan bibir Randa. Dan untuk kesekian kalinya mereka berdua melakukan adegan mesra itu.
Pagi yang hening. Seperti biasa bel pintu rumah Bella berbunyi. Bella membuka pintu dan……
“Mbak, ini bunga mawarnya. Tapi hari ini ada yang beda mbak. Bunganya bukan mawar putih, tapi mawar merah.”kata bocah itu cengengesan.
“Oh ya. Makasi.”jawab Bella dengan ketus sambil mengambil bunga itu.
Bocah itu pun pergi. Bella pun menutup pintu kemudian membaca surat yang terselip di bunga itu.
“Bella, hari ini aku kasi kamu mawar merah. Kamu mau tau kenapa? Karena ini bunga terakhir dari aku Bel. Tapi kamu tenang aja, cintaku ama kamu gak akan pernah berakhir kok. Untuk ngebuktiinnya, aku tunngu kamu jam 6 sore di taman kota. Aku tunggu ya Bel.. I LOVE YOU..”
“Haaaa? Bunga terakhir? Syukurlah…. Akhirnya dia ngajak ketemuan juga. Mmmm…. Jadi tambah penasaran, sapa sih dia?”ujar Bella sendirian.
Liburan semester ini kegiatan Bella boleh dikatakan amat membosankan. Teman-temannya yang lain sedang asyik menikmati liburan di Bali, sedangkan dia hanya menghabiskan waktu dengan menonton televisi di rumah. Jarum jam di dinding sudah menunjukkan pukul 5.27 sore. Bella duduk di depan meja rias sambil menyisir rambut panjangnya. Dia kelihatan sangat cantik dengan sweater ungunya dan rok mini berwarna putih itu. Beberapa jepit lucu menghiasi kepalanya. Diapun menggunakan beberapa aksesoris lainnya seperti kalung, gelang dan jam tangan. Di bandingkan dengan anak gadis lain, penampilan Bella memang lebih sederhana namun tetap menarik. Dia tidak suka berpenampilan over atau lebay dalam bahasa gaulnya. Setelah menyemprotkan parfum di tubuh, Bella pun berangkat dengan mobil Jazz merah miliknya menuju ke taman kota.
Taman kota sore itu tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa orang yang menghabiskan waktu sorenya di sana. Mata Bella tertuju pada sebuah kolam yang terbentang di hadapannya. Puluhan bahkan mungkin ratusan bunga teratai tumbuh di kolam itu. Sungguh pemandangan yang indah.
“Hay Bella..”sapa seseorang dari belakang.
“Nahhhh… ini dia waktu yang aku tunggu-tunggu. Akhirnya aku bisa ngeliat orang yang ngirimin aku bunga tiep hari itu sekarang. Aduuuu… kok aku deg-degan ya..? Mmmm.. tarik nafas….lepassss.. tarik lagi…lepasss… huuuuhh… Aku hitung mundur ahhh…. 5, 4, 3, 2, 1….”ujar Bella dalam hati.
Bella menoleh. Alangkah terkejutnya Bella ketika melihat lelaki itu. Mata Bella terbelalak. Yang dilihatnya adalah seorang lelaki yang duduk di atas kursi roda. Wajah lelaki itu pucat pasi, bibirnya kering dan pecah-pecah. Sesekali bibir itu dipaksa untuk mengulum senyum. Senyuman yang amat pahit di mata Bella. Rambut? Tidak ada. Tidak ada sehelai rambut pun yang tumbuh di kepalanya. Menyedihkan. Tubuh lelaki itu seakan lentur, lemah dan tak berdaya. Apa yang menimpanya?
“Riko….?!!”ujar Bella.
“Ya, ini aku Bel.”
“Kamu…. Kamu kenapa Rik??”
Bella melangkah perlahan mendekati lelaki itu. Dia berusaha sekuat mungkin untuk tidak menampakkan garis kekecewaan di wajahnya.
“Aku gak apa-apa kok Bel. Cuma kurang sehat. Kamu apa kabar Bel..?”
“Mmmm..aku…aku baik-baik aja Rik.”
“Syukurlah kamu baik-baik aja. Aku bahagia ngedengernya.”
Bella berlutut di hadapan kursi roda Riko. Matanya tak henti-henti memperhetikan lelaki di hadapannya itu. Sedih. Itulah yang dirasakan oleh Bella saat itu.
“Kenapa Bel? Kok kamu ngeliatnya kayak gitu?”
“Gak. Aku cuma…cuma agak kaget.”
“Ooo…”
“Rik, aku boleh nanya sesuatu gak?”
“Tanya aja Bel…”
“Apa maksud kamu ngirimin aku bunga mawar tiep hari??”
“Mmmm..bukannya itu yang kamu mau Bel..??”
“Maksud kamu??”
“Inget gak waktu kita masih kecil? Waktu kita main di halaman rumah kamu..”
Pikiran Bella melayang ke masa lalu. Bella teringat saat ketika dia dan Riko masih berumur 9 tahun.
“Bel, kalok kamu udah besar nanti, kamu mau cari pacar yang gimana?”tanya Riko sambil memainkan robot-robotan di tangannya.
“Idiiihhh…pertanyaan kamu aneh deh Rik. Kita kan masih kecil, kok dah ngomongin pacar sih. Ntar mama marah lho.”
“Aduuuhh.. Bel, aku kan cuma iseng. Masak gak boleh? Emang kalok kamu dah besar, kamu gak mau punya pacar?”
“Pengen sih Rik. Mmmm… aku pengen punya pacar yang……..Mmmmm… yang kayak Ariel Peterpan. Hehehe…”
“Iiiihh Bella, aku serius nih..”
“Oooo.. Riko lagi serius ya?? Okelaaa kalok begitu. Mmmm.. aku pengen punya pacar yang macho, baik, setia, terussss….Mmmm.. bisa kasi aku bunga mawar tiep hari.”
“Haaaa..? tiep hari? Yang bener aja.. bisa-bisa populasi bunga mawar di Jakarta langka dong gara-gara kamu.”
“Bodo…”
Riko termenung seketika. Matanya melirik ke arah Bella yang sedang asyik memainkan boneka barbienya.
“Riko…”
“Ya Bel..”
“Kalok kamu mau punya pacar yang gimana?”
“Mmmm… gak ribet. Yang kayak kamu aja deh..hehe”
“Uuuu..dasarrr..!!”
“Biarin…. Weeeekkk…”
Mereka berlari berkejaran. Halaman rumah Bella yang sangat luas merupakan tempat bermain yang paling strategis untuk mereka.
Kenangan itu buram seketika. Bella kembali menatap mata Riko di hadapannya.
“Udah inget Bel??”
“Ya, tapi..tapi itukan dulu Rik. Kita masih anak-anak.”
“Dulu atau sekarang bagiku gak ada bedanya Bel. Aku tetep aja sayang ama kamu.”
“Tapi kenapa kamu ninggalin aku waktu itu Rik??”
Pikiran Bella kembali menerobos masa lalu, ketika dia dan Riko masih duduk dibangku kelas 3 SMP.
“Bel, aku mau pergi..” kata Riko yang kebetulan duduk di sebelah Bella.
Bella sedang asyik membaca novel kesayangan. Dia tetap membaca tanpa menoleh sedikitpun ke arah Riko.
“Mau ke mana?”tanya Bella singkat.
“Jauh. Aku gak tau nama tempatnya. Lupa.”
“Kenapa?”
“Soalnya aku benci ama kamu Bel..!!! bisa gak kamu tu perhatiin aku yang lagi ngomong..?!!”
Bella menutup novelnya. Dia menatap wajah sahabatnya itu dengan tajam.
“Trusss..?”kata Bella.
“Pokoknya aku benci ama kamu Bel…!!”
“Lho? Kok gitu? Emang salah aku apa? Masak cuma gara-gara aku gak merhatiin kamu ngomong?”
“Bukan. Bukan itu alesannya.”
“So…?”
“Gara-gara kamu pacaran ama Todi..!!”
“Emang salah ya kalok aku pacaran? Temen-temen kita yang lain juga dah pada pacaran kan??”
Bella menatap ke arah teman-teman sekelasnya yang sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Kemudian matanya kembali menatap Riko.
“Salah. Salah besar bel. Aku gak suka liat kamu pacaran, apalagi ama Todi. Aku gak sudi..!! pokoknya kamu gak boleh pacaran ama Todi jelek itu. Ngerti..?!”bentak Riko sambil mengacungkan tangannya di depan wajah Bella.
“Kok kamu malah marah-marahin aku sih Rik?? Apa hak kamu buat marah ama aku. Papa mama aku aja gak pernah bentak aku kayak gitu…”
Bella menangis tersedu-sedu. Dia tidak menyangka bahwa Riko tega membentaknya seperti itu. Riko menjadi panic.
“Aduuuh Bel… maafin aku ya.. aku cuma canda kok .. maaf ya..”
“Gak mau. Kamu dah keterlaluan Rik. Kamu jahat. Aku benci ama kamu. Benci..!!”
“Bel.. please.. aku minta maaf. Aku janji gak bakalan marah-marah kayak gitu lagi. Maafin aku ya. Lagipula, aku kan mau pergi Bel, masak kamu gak mau maafin aku?”
“Terserah. Pergi sana. Aku gak peduli. Mampus-mampus sana. Aku benci ama kamu. Pergii….!!!!!”
Bella mendorong tubuh Riko hingga terjatuh. Suasana kelas yang riuh menjadi hening. Semua memperhatikan kejadian itu dengan wajah terheran-heran.
“Bel, aku mohon. Jangan marah-marah kayak gitu dong ama aku. Aku khilaf bel. Maafin aku ya.
Riko mengusap darah yang tiba-tiba keluar dari hidungnya. Mungkin gara-gara terbentur di meja ketika dia terjatuh tadi.
“Gakkkkkkkkkkkk…!!!!!!! Pergi kamu…!!!”
Pandangan Riko tiba-tiba buram. Perlahan-lahan matanya tertutup. Gelap.
Bella tersadar dari lamunannya. Riko masih duduk terdiam di atas kursi rodanya.
“Maafin aku Rik….”kata Bella sambil menunduk menangis
“Jangan nangis Bel. Aku gak mau liat kamu nangis. Kamu gak salah apa-apa kok. Aku yang salah. Aku minta maaf ya Bel.”pinta Riko sambil mengusap air mata Bella.
“Aku yang harus minta maaf Rik, bukan kamu..”
“Kan aku udah bilang, kamu gak salah apa-apa Bel, aku yang salah. Seharusnya aku sadar, aku gak berhak buat marah-marahin kamu, bahkan sampe ngatur-ngatur kamu. Aku kan cuma sahabat kamu Bel. Kamu boleh pacaran ama sapa aja, yang penting kamu bahagia. Tapi jujur Bel, aku selalu menangis di atas kebahagiaan kamu ama Todi dulu, bahkan sampai sekarang, aku masih menangis di atas kebahagiaan kamu ama Randa. Aku bukan sahabat yang baik ya Bel..??!”
Air mata Riko bercucuran. Dengan cepat Riko mengusap air matanya. Dan sekali lagi, senyum palsu itu terukir di bibirnya.
“Kamu kenal Randa?”
“Ya, aku kenal Randa. Bahkan Marco selingkuhan kamu tu.”
“……..”Bella terdiam.
“Aku tau dari Bik Atik. Aku selalu tanya tentang kamu di Bik Atik. Hehe..lucu ya..?”
Riko tertawa pedih. Telinga Bella tak sanggup mendengar tawa sahabatnya itu. Bella kembali menangis.
“Sehari sebelum aku pergi, aku ke rumah kamu Bel. Aku nyariin kamu. Tapi Bik Atik bilang kalok kamu gak mau ketemu ama kau lagi. Padahal, aku udah bela-belain kabur dari rumah sakit cuma buat ketemu ama kamu Bel.”
“Maaf Rik….”kata Bella tersedu-sedu.
“Dokter memvonis aku mengidap kanker otak. Jadi waktu hidungku berdarah di sekolah itu bukan gara-gara kebentur meja, tapi emang aku udah penyakitan Bel..”
“Tuhan,,, katakan ini hanya mimpi. Mimpi buruk ya tuhan…”pinta Bella dalam hati.
“Oh ya, aku lupa cerita. Waktu Bik Atik gak ngizinin aku ketemu ama kamu tu aku langsung pingsan Bel. Pingsan lagi, pingsan lagi. Untung kamu gak ngeliat aku waktu itu, kalok gak kamu pasti ngejekin aku banci. Kamu kan paling hobi ngejekin aku banci gara-gara aku gak bias kecapek’an. He ..he.. Lucu ya Bel..?! seandainya aja kamu tau tentang penyakit aku ini dari dulu, kira-kira kamu bakalan tetep ngejekin aku banci gak ya???”kata riko sambil menahan tangis.
“Stop Rik.. aku mohon stop…!!”jerit Bella tak tahan.
“Kenapa Bel? Ceritaku kan belum selesai..”tanya Riko sambil menangis.
“Kenapa kamu baru cerita sekarang Rik? Kenapa kamu ngebohongin aku selama ini?? Kenapa??”
“………” Riko terdiam. Dia terus menangis.
“Jawab Rik…!”
“Karna aku sayang kamu Bel…”
“Apa??’
“Karna aku sayang kamu Bella….!! Aku mau bilang kalok aku sayang kamu sebelum aku pergi ke Amerika, tapi kamu dah terlanjur benci ama aku. Bahkan waktu itu kamu udah gak mau ketemu lagi ama aku..!! aku gak tau mau ngapain lagi Bel..”
“Kalok kamu sayang ama aku, kenapa kamu ninggalin aku ke Amerika??!!! Apa itu caranya buat nunjukin rasa sayang kamu ke aku..??!!”
“Karna aku pengen sembuh Bel. Karna aku pengen berobat ke Amerika, aku pengen sehat, aku pengen maen-maen lagi ama kamu, aku pengen ngedengerin curhatan kamu, aku pengen nemenin kamu shopping, aku pengen ngejagain kamu, aku pengen ngejahilin kamu, aku pengen ngelakuin apa pun buat kamu Bel…!!! Apapun..!!”
“………”Bella menangis terdiam.
“Sekarang, kamu udah tau semuanya. Kamu juga udah tau kalok aku sayang banget ama kamu. Aku gak butuh jawaban atau balasan apapun dari kamu Bel. Aku cuma pengen kamu tau perasaan aku, itu aja udah cukup buat aku. Tapi, ada satu hal yang aku minta dari kamu Bel…”
“Apa…?”
“Maafin aku…”
Darah mengalir dari hidung Riko. Bella terkejut dan ingin mengusap darah itu, namun Riko menahan tangannya.
“Udah biasa Bel. Jangan panic..”
“Tapi Rik…”
“Udaaahhh.. tenang aja, bentar lagi darahnya berenti kok. Gimana? Apa kamu mau maafin aku??”
“Ya Rik. Aku maafin kamu kok. Yang harusnya minta maaf kan aku. Aku yang salah banyak ama kamu Rik. Aku gak tau kalok kamu….”
Belum selesai Bella menghabiskan kata-katanya, tiba-tiba Riko memeluk tubuhnya dengan erat. Bella yang masih dalam posisi berlutut langsung terpaku seketika. Dia dapat merasakan betapa rapuhnya tubuh yang sedang memeluknya itu. Terdengar tangis Riko yang memilukan.
“Aku sayang kamu Bel..”
“Aku juga Rik.. aku sayang kamu.”
Mereka berdua menangis dalam pelukan. Sinar mentari perlahan-lahan tertutup oleh awan hitam yang datang berarakan. Burung-burung berkicau riuh di atas pepohonan. Dedaunan seakan menari-nari dengan angin yang berjalan. Bunga-bunga mekar pun menampakkan sinar cinta di setiap kelopaknya. Alangkah tenangnya hati kedua insan itu.
“Rik..Riko..?”
Bella melepaskankan pelukannya ketika merasakan suhu tubuh Riko semakin dingin. Mata Riko terpejam. Wajahnya tenang dan seakan tersenyum. Tapi kali ini senyuman Riko terlihat sangat manis dan tulus. Bella kembali memeluk jasad Riko dan menangis.
“Selamat jalan Riko. Selamat jalan sahabatku. Aku sayang kamu…”
Bella terus menangis sambil memeluk tubuh kaku itu. Dia pergi. Riko telah pergi menuju kehidupan yang abadi di sana. Awan hitam mengiringnya bertemu sang pencipta. Langit turut bersedih dan menjatuh tetes-tetes kesedihannya. Sungguh, tak ada yang abadi di dunia ini. Namun Bella yakin, rasa sayangnya ke Riko akan selalu abadi dan tak kan pernah mati.
SELAMAT JALAN RIKO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar