Rabu, 02 Mei 2012
Hari PGRI ke-66
Kali ini saya akan posting puisi yang di bacakan oleh teman saya, Nurzila pada hari PGRI ke-66 kemarin. Hari PGRI kali ini merupakan hari PGRI yang terakhir bagi kami di sekolah ini. Langsung saja tanpa bertele-tele, berikut puisinya:
asalamualaikum pak,
asalamualaikum bu,
perkenalkan,
nama kami siswa
masih cengeng, lembek, labil
masih suka bermain api
hingga menyulut marah di hati
masih suka becanda
hingga menggores luka di dada
masih suka tak acuh
hingga tercipta suasana ricuh
Selamat pagi, Pak
Selamat pagi, Bu
perkenalkan lagi
nama kami murid
ya...
yang suka menenteng tas
yang suka tertawa lepas
ya...
yang selalu ingin hidup bebas
yang selalu tak pernah puas
terkadang juga buas
benar...
itulah kami
Halo, Pak
Halo, Bu
Bagaimana kabar hatimu?
bekas tusukan ucapanku
seminggu yang lalu
Bagaimana kabar batinmu?
bekas hantaman buasku hari lalu
Sakit pak? sakit bu?
Tapi mengapa kalian tersenyum?
Terus engukir senyum
senyum dan senyum
mana air mata perlambang duka itu?
telah habiskah?
Hai, Pak
Hai, Bu
Bagaimana dengan nilai-nilaiku?
semester yang lalu?
tak tampak batang hidung
si merah di raportku
kemana dia?
padahal di ulangan
si merah adalah sahabat karibku
mengapa kau sembunyikan si merah dari orang tuaku?
hingga si merah merekah di pipiku
menyembunyikan malu
Pak,
Bagaimana hasil perlombaanku?
setelah gugur, gugur, dan gugur
gugurkah aku?
kata si penyelenggara, aku kalah
bagaimana menurutmu?
benarkah aku si penyandang gelar "kalah"?
Lantas...
sudikah engkau mengajarkanku cara seorang juara?
paing tidak berlagak juara
paling tidak juara di hatimu
Bu,
Kemarin aku menedang meja di depan wajahmu
mengapa kau tak menghantam meja itu saja ke wajahku
agar lepas beban di dadamu
agar puas kau mengekspresikan marahmu
tapi jagan dengan senyum itu
kau menghancurkanku
jangan dengan senyum itu
tampar aku dengan senyum kasarmu
tapi jangan tampar aku dengan ketabahanmu
Pak, Bu
Pernahkah terlintas dibenakmu?
bahwa aku anak liar yang berusaha
meporak-porandakan hidupmu
aku teroris yang meneror hari-harimu
aku pembunuh kebahagiaanmu
aku parasit dalam takdirmu
lantas apa yang membuatmu bertahan
disampingku?
Aku tak pernah memperhatikanmu dengan
teori-teori yang memuakkan itu
Tapi mengapa kau selalu memperhatikanku
dengan keikhlasanmu?
Hari ini,
aku malu
aku takut
bahkan teman-temanku juga begitu
Hari ini
aku takut
ku yakin mereka pun begitu
Masih terbukakah pintu maaf itu?
masihkah untukku?
untuk teman-temanku?
maafkan kami,
mafkan kami,
maaf...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
puisinya kereeen kak :D
BalasHapustermikasih Wahyu Lailatul Hikmah. Kunjungi terus blog kami ya :)
Hapus